Terlepas benar dan tidaknya kerajaan Sela Cau ini, berikut penelusuran tentang sejarah keberadaan Kerajaan Sela Cau yang berhasil dirangkum dari petikan wawancara dengan Rohidin (Sultan Patra Kusumah VIII).
Menurutnya, salah satu pangeran dari Mataram yang dikenal dengan nama ”Embah Gulung Sakti” diutus ke Baghdad untuk berguru kepada “Syekh Ahmad Hirowwi” yang mempunyai anak laki-laki yang sama-sama menimba ilmu dengan utusan dari Mataram tersebut.
Di pesantren yang dipimpinnya, Syekh Ahmad Hirowwi mendengar kabar bahwa tanah Jawa adalah Pudatagama Hindu akan tetapi disisi lain Syekh Ahmad Hirowwi mendengar kabar lagi dari tanah jawa bahwa di tanah Jawa banyak pedagang-pedagang keturunan Arab yang berdagang di tanah Jawa yang menyebarluaskan agama Islam. Syekh Ahmad Hirowwi merasa bersyukur ketika “Syekh Datul Kahpi” menetap di Jawa yang nama aslinya “Syek Idlofi Mahdi” tepatnya pada taun 1420 M.
Ternyata Syekh Idlofi Mahdi, masih keturunan Baghdad juga, termasuk kerabat beliau yang memilih menetap di tanah Jawa tepatnya di Kampung Celanang Gunung Jati dibawah kekuasaan Padjadjaran. Yang sekarang ini menjadi kota Cirebon.
Disisi bangga dan rasa syukur, Syekh Ahmad Hirowwi mengutus muridnya yang bernama Embah Gulung Sakti untuk menimba ilmu ke kuala dan berpesan “setelah selesai berguru agar langsung ke tanah Jawa untuk membantu penyebarluasan agama Islam”.
Embah Gulung Sakti setelah mendapat restu berangkat ke Kuala dan menetaplah di sana. Dengan pesatnya pengembangan syi’ar agama Islam di tanah Jawa, maka sampailah informasi ke Syekh Ahmad Hirowwi, terlebih lagi setelah putra dan putri Padjadjaran yaitu RADEN WALANG SUNGSANG dan RADEN RATU RARANG SANTANG serta RADEN PANAMA RASAS yang bergelar “PRABU SILIWANGI” dan “ NYI MAS SUMBANG LARANG” berguru dan menjadi murid Syekh Idlofi Mahdi. Pada waktu itu usianya masih sangat muda, dibanding dengan Syekh Idlofi Mahdi. Dengan informasi itu hati Syekh Ahmad Hirowwi sangatlah bahagia.
Dengan diketahui istri Syekh Ahmad Hirowwi, dalam waktu yang lama sekitar tahun 1450 M, beliau dikaruniai 5 anak laki-laki dalam kurun waktu 50 tahun. Pada waktu itu putra-putranya sangat rajin dalam memperdalam Agama Islam, setiap kiayi atau Syekh-syekh yang ada di Baghdad di gurui sama putranya, sehingga pada waktu itu Syekh Ahmad Hirowwi usianya sudah sangat tua.
Pada taun 1510 M beliau menyuruh ke 5 putranya itu, untuk berangkat ketanah jawa dengan diberi amanat untuk memperluas syi’ar agama islam. Dalam waktu 35 tahun mereka berkeliling di tanah nusantara termasuk pulau Jawa dan setelah selesai tugasnya mereka selalu berguru dimanapun berada, termasuk kepada wali-wali yang 9 (Wali Songo).
Sekitar tahun 1522 M, sampailah ke Cirebon yang masa itu kepemimpinannya dipimpin oleh Sunan Gunung Jati, setelah ketemu dengan Sunan Gunung Jati kelima putra Syekh Ahmad Hirowwi membicarakan suatu hal yang sangat rahasia dengan Sunan Gunung Jati, setelah selesai pembicaraannya dengan Sunan Gunung Jati, kelima putra Syekh Ahmad Hirowwi diutus oleh Sunan Gunung Jati untuk berangkat ke Padjadjaran sebagai pasukan inti dengan misi memperluas agama islam dengan merengkut rakyat Padjadjaran agar masuk agama islam, dan dijadikannya oleh kelima Syekh Ahmad Hirowwi tersebut dalam mempersempit ruang gerak raja Padjadjaran itu, dan mencari kelemahan Prabu Siliwangi atau Raja Padjadjaran yang pada waktu itu sudah diganti dengan “Raja Kanjeng Prabu Surawisesa”.
Pada waktu itu Sunan Gunung Jati bersama Wali Songo yang lain di antaranya Raden Makdum, Raden Rahmat, Raden Maulana Malik Ibrahim, Raden Saripudin, Raden Syarip Hidayatullah, Raden Ainul Yakin, Raden Umar Sahid, Raden Assahid dan Raden Syekh Jafar Sidik. Kesembilan wali tersebut sepakat memberi gelar kepada para putra Syekh Ahmad Hirowwi dengan gelar “Pandawa Lima”, yang asal mula namanya tersebut dirahasiakan. Nama-nama Pandawa Lima itu diantaranya Raden Patra Kusumah, Raden Arsa Bangsa, Raden Sata Taruna, Raden Patih Dipa Manggala dan Pangeran Bungsu Damiyani.
Pandawa Lima ini di tugaskan agar merekut orang-orang Padjadjaran agar bisa ditaklukan dan masuk agama islam. Dengan perjuangan yang sangat ulet dan tekun, maka Pandawa Lima ini dibantu oleh Wali Songo dan murid-murid pilihan lainnya dalam Agresi Rahasia tersebut maka dalam kurun waktu yang panjangnya sekitar 27 tahun dan perjuangannya itu sangat berhasil, hampir semua keturunan Raja Padjadjaran termasuk dari keluarga putra dan putri raja banyak yang masuk agama islam.
Pada tahun 1549M/969H, Wali Songo beserta Pandawa Lima ini dan anggota-anggota yang sudah sepenanggungan ini sepakat mendirikan sebuah organisasi yang dinamakan ”Sela Cau” kenapa organisasi itu dinamakan Sela Cau?, karena Pandawa Lima yang anggotanya mempunyani lima yang sangat tinggi, dan Sela Cau di ambil dari ujukan-ujukan musuhnya, yaitu ketika pandawa lima dan anggotanya terseret atau terdesak oleh musuh mereka selalu berlindung di rimbunnya pohon cau sehingga musuh tidak melihat dan, sesuai dengan wilayah tanah pasundan, dari mula dulu sampai sekarang tanah pasundan dipenuhi oleh kebun cau yang ada dimana-mana, dari mulai tanaman rakyat yang pada kebanyakan rakyat itu menanam cau.
Kata cau adalah: kata yang diambil dari bahasa ”Sunda ” yang berarti ”Pohon Pisang” dan akhirnya mereka diberi gelar ”Sunan Sela Cau”. Maka gelar Sunan Sela cau itu abadi, sampai sekarang banyak tokoh atau kiyai yang bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” makanya dalam setiap hajatan dan tasyakuran orang-orang selalu menghormatinya atau mendoakan atas jasa-jasanya dan mengharapkan Sari’at, kehormatan atau maunat dari bertawasul kepada ”Sunan Sela Cau” tersebut, yang sangat terkenal kesaktiannya dan kegigihannya dalam memperjuangkan syiar agama islam ini.
Perjuangan Sunan Sela Cau yaitu: menbangun pemerintah sementara dibawah pimpinan Kesultanan Cirebon, yang pada waktu itu sudah dipimpin oleh “Sultan Pangeran Pasarean” yang didampingi Senopati Patahilah, atau yang bergelar Kibagus Pasai. Itu setelah berakhirnya Agresi Militer atau serangan ke kerajaan Galuh. Wafatnya Raden Ariya Kiban dan Raden Cakra Ningkrat (Raja Galuh) atas perintah Sultan Cirebon, pemerintahan di Galuh diperluas lagi sampai Tasikmalaya, Garut dan Sumedang, dalam memperluas jaringan pemerintah.
Pemerintah yang dimotori oleh Sunan Sela Cau telah sampai penyebaran atau perluasannya hingga ke Pamijahan Tasikmalaya. Dengan hasil kesepakatan Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah Sunan Sela Cau yang berada di sebelah Selatan Kabupaten Tasikmalaya yaitu Kecamatan Parung Ponteng, Kecamatan Sodinghilir dan Kecamatan Bantar Kalong. Selanjutnya Sunan Sela Cau menetaplah di wilayah itu terutama di wilayah Pamijahan yang merupakan bekas salah satu kediaman Sultan Aulia Allah atau ”Syekh Abdul Qodir Djaelani”. Setelah lama menetap di wilayah Sela Cau dengan perjuangan yang sangat panjang, maka terkenallah Sunan Sela Cau itu sampai ke pelosok Nusantara termasuk Mataram dan sekitarnya.
Maka selama itu Sunan Sela Cau sudah ada pada periode atau jaman kejayaan Wali Songo, sebelum datangnya Syekh Abdul Muhyi ke Pamijahan. Datangnya Syekh Abdul Muhyi ke Pamijahan karena diutus untuk membangun wilayah istimewa Pamijahan. Karena adanya keberhasilan pasukan rahasia yang dipimpin oleh ”Raden Patra Kusumah”, dalam memperluas agama islam termasuk mempersempit kekuasaan Padjadjaran karena pada waktu itu kerajaan Padjdadjaran beragamakan Hindu, setelah Syekh Abdul Muhyi ke Pamijahan dengan berbagai macam rintangan, menurut cerita ketika itu datanglah seorang kakek-kakek bertamu ke Pamijhan yaitu Raden Patra Kusumah dan kebetulan pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi berada di masjidil Harom Mekah sedang melaksanakan shalat dekat Ka’bah tepatnya Batu Hajar Aswad karena kesaktiannya beliau tahu bahwa di rumah Pamijahan ada tamu yaitu pemimpin Sunan Sela Cau, dan dalam benaknya Syekh Abdul Muhyi ingin menguji dan mencoba kesaktiannya Raden Patra Kusumah saat itu.
Selanjutnya Syekh Abdul Muhyi pulang ke rumahnya di Pamijahan dan sesampainya di rumah, Syekh Abdul Muhyi beramah tamah atau menemui Raden Patra Kusumah. Setelah lama bersenda gurau dengan Reden Patra Kusuma, Syekh Abdul Muhyi mengatakan ”maaf sebelum meneruskan obrolan saya ketinggalan tasbih di Ka’bah mau diambil dulu”. Raden Patra Kusumah sudah mengetahui bahwa Syekh Abdul Muhyi menguji dirinya.
Dengan sikap ramah, Raden Patra Kusumah menawarkan jasa kepada Syekh Abdul Muhyi dengan sambil duduk bersila dan tidak merubah anggota badannya berkata ”biar saya yang mengambilkan tasbih tersebut”, selesai mengatakan hal tersebut ternyata tasbih yang ditinggalkan Syekh Abdul Muhyi di Ka’bah sudah berada di depannya, maka pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi berkata ”Maha suci Allah ternyata benar-benar Raden Patra Kusumah itu adalah orang yang Saktimantraguna”.
Pada waktu itu Syekh Abdul Muhyi sangat muda dibanding dengan Raden Patra Kusumah yang usianya sudah lanjut (senja). Dalam kiprah kejayaan organisasi Sela Cau tersebut, diresmikan pada tahun 969 H, bertepatan dengan tahun 1589 M. Kesimpulan kejayaan organisasi Sunan Sela Cau selama 40 tahun. Menurut cerita usia orang-orang Sunan Sela Cau mencapai rata-rata di atas 200 tahun.
Beberapa hasil Karya Sunan Sela Cau diantaranya :
· Membangun pemerintah dan menbuka lahan pertanian dan pertambangan wilayah Sela Cau.
· Menata pemerintah Galuh Ciamis dan Tasikmalaya, dan menetapkan Raden Semplak Wajah di Galunggung atau yang terkenal “Galuh Agung”.
· Membangun pemerintah baru dan mengangkat Adi Pati Pertama di wilayah huni dan sekitarnya yang menurunkan keturunan Sukapara Ngadaun Ngora.
· Membangun pusat pemerintah di Talag Sumedang setelah Raden Arya Salingsingan dibawa ke Cirebon karena beragamakan Budha.
· Membangun pusat pemerintah Bupati dan Adiptai di Betawi setelah pengusiran Portugis masa Raja Padjadjaran Prabu Surawisesa, dan pada akhirnya tanah Pasundan didominasi agama islam setelah Prabu Surawisesa dan organisasi Sela Cau mengadakan kesepakatan di Bogor Batu Tulis, maka Prabu Surawisesa memperluas agama hindunya ke tanah “Kute Bali” karena secara politik di tanah tatar Pasundan sudah terdesak oleh Agresi Sunan Gunung Jati yang termasuk anggota Sunan Sela Cau. Pasukan inti yang sangat dirahasiakan itu sampai Semarang ini banyak kalangan yang menyembunyikannya karena dulunya pasukan yang Sangat Rahasia.
Beberapa Situs-Situs peninggalan Sela Cau diantaranya :
· Gua Rangga Gading yang berada di desa Cigunung Kecamatan Parungponteng Tasikmalaya.
· Gua Karaton yang berada di dalam Gunung Karang Lenang Desa Cigunung Kecamatan Parungponteng Tasikmalaya.
· Kursi Dewan Musyawarah yang berada di Gunung Cipalinter Tasikmalaya.
· Batu Goong yang berada di Gunung Goong Angsana Tasikmalaya.
· Batu Benne yang berada di Gunung Citalahab Tasikmalaya.
sumber http://www.pewarta-indonesia.com/
No comments: