Disaat rupiah terpuruk dengan semakin naiknya nilai tukar dolar bisnis bordir di Tasikmalaya menuai keuntungan berlipat.
Keuntungan ini dirasakan oleh para pedagang bordir yang mengekspor dagangnya ke Timur Tengah seperti Arab Saudi serta negara di kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei dan Singapura. Para pengekspor bordir sendiri telah merambah ke beberapa negara seperti Australia, Kanada, Amerika Serikat, Prancis, New Zealand, Inggris dan Jeraman. Hal ini bisa dicapai karena bordir Tasikmalaya relatif murah dengan kualitas dapat diandalkan.
Untuk pasar nasional sendiri bordir Tasikmalaya menguasai pasar Jakarta, Bandung, Cirebon, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Lombok, Menado, Ujung Pandang, Banjarmasin, Balikpapan, Pontianak, Medan, Riau, dan lain-lain.
Pemkab Tasikmalaya, sentra industri bordir Tasikmalaya tersebar di 24 desa 12 kecamatan dan mampu menyerap tenaga kerja 31.765 orang dengan rincian 17.000 di Kota Tasikmalaya dan sisanya di Kabupaten Tasikmalaya yang tersebar di 2.708 unit usaha. Ke-12 kecamatan itu adalah Kec. Cibeureum, Cikalong, Cikatomas, Cipatujah, Cipedes, Kawalu, Karangnunggal, Leuwisari, Manonjaya, Salopa, Sodonghilir, dan Sukaraja.
Di antara ke-12 kecamatan itu, daerah yang paling dikenal sebagai sentra industri bordir adalah Kecamatan Kawalu. Industri bordir di sentra bordir Kawalu terdapat di Desa Cibeuti, Cilamajang, G. Tandala, Karanganyar, Karikil, Karsamenak, Talagasari, dan Tanjung yang memiliki 1.527 unit usaha dengan melibatkan jumlah tenaga kerja 16.164 orang.
Sementara itu, transaksi bordir dari data Deperindag Tasikmalaya, pada tahun 1999, sektor bordir mampu menyumbang dengan nilai transaksi Rp 666 triliun.
Meskipun nilai transaksi yang cukup besar, tetap saja persoalan klasik seperti modal usaha, persaingan sesama perajin tetap menghantui sektor ini.
sumber: tubasmedia.com
No comments: