Masih banyaknya kasus Demam Berdarah (DBD) di musim kemarau di Tasikmalaya ditenggarai berasal dari nyamuk yang berkembang biak dalam genangan air rendaman batu akik.
Biasanya serangan nyamuk penyebab Demam Berdarah yaitu Aedes Aegypti Dengue Haemorrhagic Fever terjadi pada musim hujan dan menurun kasusnya saat datang musim hujan, namun menjadi suatu bahan penelitian saat masih terjadi kasus pada musim kemarau hingga penderita ada yang sampai meninggal.
Badan Penelitian dan Kesehatan Lokalitbangkes Pangandaran khusus meneliti tentang nyamuk dan serangga dengan melakukan penelitian di Kota Tasikmalaya. Kurang lebih selama empat bulan melakukan penelitian. Hasilnya diketahui nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di genangan air bekas rendaman batu akik.
Kasubag Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Didin Fitriyadi mengatakan, serangan nyamuk Aedes Aegypti biasanya meningkat saat peralihan musim hujan ke kemarau atau sebaliknya. Saat peralihan musim, rata-rata penderita DBD perbulan mencapai kisaran angka 72 orang perbulan.
"Sekitar 85 persen genangan air pada bekas rendaman batu akik jadi tempat nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak," ujar Didin," kata Didin.
Selain itu, di musim kemarau meski tidak banyak genangan air yang diakibatkan hujan, limbah rumah tangga juga bisa jadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Didin menegaskan, industri batu akik masyarakat yang gemar mengolah batu akik agar lebih hati-hati terhadap genangan air bekas rendaman batu akik.
Selain itu, ibu-ibu rumah tangga juga diimbau untuk tetap waspada. Limbah rumah tangga yang dapat menimbulkan genangan air dikondisikan agar tidak menjadi tempat berkembang-biaknya nyamuk-nyamuk berbahaya.
sumber Republika Online
No comments: