Di kala teman sebayanya sibuk bersekolah atau bermain, Ai Eka Citra Lestari (11), harus menjalani kehidupan yang berbeda.
Seorang diri, siswi kelas enam SD ini harus mengurus ibu kandungnya mengalami gangguan jiwa dan adik perempuannya yang baru berusia tujuh tahun.
Kehidupan yang berat ini sudah dijalankan AI selama hampir tujuh tahun.
Sejak tujuh tahun terakhir, ibunda Ai, Dedeh Kurniasih (48) mengalami gangguan jiwa dan terpaksa ditempatkan di kamar terpisah di kediaman mereka di Kampung Leles Girang, Desa Kurniabakti, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.
Padahal, Ai dan adiknya masih memiliki ayah kandung yang sayangnya, tinggal di tempat berbeda dengan sang istri muda.
Alhasil, Ai yang masih sangat belia itu harus berjuang sendirian merawat ibunya yang sakit dan adiknya Intan Nuraeni yang masih kecil.
Ai memiliki dua orang kakak yang semuanya bekerja di luar kota. Dari kiriman kedua kakaknya, dan juga ayahnya, bocah ini memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Namun, tak jarang para tetangga memberi bantuan ala kadarnya karena bantuan dari kedua kakaknya kerap kali tak mencukupi.
Sebagai anak tertua di rumahnya, sejak pagi Ai sudah bekerja di dapur menyiapkan makan untuk ibu dan adiknya.
Setelah urusan makan pagi selesai, Ai melanjutkan kegiatannya dengan mencuci piring dan pakaian kotor milik adik dan ibunya.
Usai mengerjakan pekerjaan rumah tangga, Ai lalu menyiapkan seragam sekolah untuk dia dan adiknya.
Meski harus menanggung beban yang begitu berat, kondisi tidak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu di sekolah.
"Saya ingin jadi dokter. Supaya nanti bisa mengobati ibu dan bisa sehat kembali," kata Ai saat ditemui di rumahnya, Senin (11/1/2016).
Saat belajar di sekolah pun, perhatian Ai tak lepas dari adiknya, Intan yang baru duduk di kelas satu di sekolah yang sama.
Bahkan ke manapun dia pergi, adiknya selalu dibawa.
"Selama ini kami berdua berjalan kaki ke sekolah. Kalau jaraknya sekitar dua kilometer dari rumah kami," kata Ai.
Sepulang sekolah, Ai dan Intan tidak bergabung dengan temannya untuk bermain atau sekadar membeli jajanan sekolah.
Ai akan bergegas pulang untuk merawat ibunya. Sebelum sampai rumah, dia selalu mampir ke warung untuk membeli kue atau roti untuk sang ibu.
Setibanya di rumah, Ai langsung menuju ke sebuah kamar yang dikunci dari luar dengan seutas tali.
Di kamar itulah, tempat ibunya, Dedeh Kurniasih berada selama tujuh tahun terakhir. Kue yang dibelinya di warung kemudian dia berikan untuk ibunya.
Dalam kondisi serba kesusahan seperti ini, Ai mengaku tak mengetahui bagaimana dia bisa membiayai diri untuk masuk SMP.
Dia pun semakin kebingunan jika memikirkan biaya untuk melanjutkan pendidikan dan menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter.
Beberapa tetangga merasa iba pernah menawarkan agar Ai dan adiknya tinggal di rumah mereka.
Namun Ai menolaknya, karena tidak mau meninggalkan sang ibu yang sedang sakit.
"Saya tak mau meninggalkan ibu. Enggak apa-apa, saya dan adik saya tinggal di rumah saja untuk menjaga ibu," kata dia.
Ai mengenang, ibunya pernah mendapatkan perawatan medis. Namun, akibat tak memiliki biaya pengobatan untuk ibunya itu harus dihentikan.
Sejauh ini Ai belum mengerti keberadaan jaminan kesehatan untuk masyarakat melalui program BPJS Kesehatan atau Jamkesmas.
Selama ini, Ai dan adiknya hanya berharap bantuan dari pemerintah setempat untuk membantu biaya pengobatan ibunya tercinta.
sumber: http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/22022261/Sudah.7.Tahun.Bocah.SD.Ini.Rawat.Ibunya.yang.Sakit.Seorang.Diri
No comments: