Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

YUSUF Sukmana alias Wa Kalong, 63, sangat menyesal tidak bisa menghentikan kecanduan narkoba meski usia sudah kepala enam. Warga Kampung Astana Enyang Tengah, Desa Sukajadi, Kabupaten Bandung Barat, itu mengaku telah mengonsumsi narkoba sejak usia 35 tahun. Selain narkoba, ia pecandu minuman keras hingga rumah tangganya berantakan. Ia pun sudah beberapa kali cerai karena kebiasaan buruknya itu.


Diakuinya, setiap kali ia pesta miras dan narkoba, rumah tangganya justru hancur. "Setiap menggunakan narkoba, selalu ada keributan dalam rumah tangga dan berujung cerai. Sekarang hanya penyesalan tersisa," kata bapak 10 anak itu.

Ia pun dibawa orangtuanya untuk melakukan penyembuhan pada 1999. Saat itu ia langsung dimasukkan ke Ponpes Darul Iman, Tasikmalaya. Di ponpes itu, ia diajari ilmu agama, membaca Alquran, dan benar-benar mendapatkan perhatian selama direhabilitasi. Bahkan selama di ponpes, ia bertemu dengan pecandu narkoba yang sudah menjadi pejabat di pemerintahan, karyawan bank, mahasiswa, dan lainnya.

"Rata-rata mereka kecanduan narkoba karena stres. Cita-cita tinggi tapi tidak bisa diraih dan tidak bisa menerima kenyataan," ungkapnya. Selama di Ponpes Darul Iman, selain mandi dengan air doa, pecandu menjalani sejumlah pantangan yakni tidak boleh minum kopi, merokok, serta makan daging dan cabai.

"Biasanya minum kopi bisa menyebabkan susah tidur, rokok akan mengundang halusinasi, daging akan mengundang panas, dan cabai akan mengundang kemarahan," terangnya.

Ia pun butuh tiga bulan untuk rehabilitasi. Yusuf pun sudah kedua kalinya direhab di Darul Iman. Seusai rehab pertama, ia tidak bisa menahan godaan untuk kembali mengonsumsi narkoba.

Upaya yang dilakukan Darul Iman menjadi ciri khas Kota Tasikmalaya. Selain Darul Iman, banyak pesantren sudah memulai penyembuhan narkoba, seperti Ponpes Suryalaya yang telah satu abad lebih melakukan penyembuhan untuk pecandu narkoba dengan metode Inabah.


Selain penyembuhan pecandu narkoba, Kota Tasikmalaya memiliki pusat penampungan gelandangan dan anak jalanan yang dikelola warga. Tidak terhitung pula pengobatan alternatif yang dikembangkan masyarakat di sana.

Potensi pengobatan alternatif tersebut juga dilihat pemerintah setempat melalui dinas sosial dan ketenagakerjaan sebagai potensi lapangan kerja. Untuk itu, dinas sosial dan ketenagakerjaan mulai melakukan terobosan-terobosan agar banyak tenaga kerja lokal terserap di sektor informal tersebut.

"Sekarang ini banyak pesantren berupaya melakukan penyembuhan dengan pengobatan alternatif, melalui pendekatan agama. Ada juga warga masyarakat yang mencari gelandangan atau anak jalanan yang kemudian dirawat dan diobati seperti keluarga sendiri, seperti dilakukan Yayasan Matahari Hati yang menggunakan bekas Terminal Cilembang," ujar Kepala Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Tasikmalaya Firmansyah.

Menurutnya, banyaknya yayasan atau ponpes yang bergerak di bidang sosial khususnya penyembuhan pasien narkoba ataupun orang dengan kasus kejiwaan menandakan masyarakat Tasikmalaya memiliki kepedulian tinggi kepada sesama.

Pengembangan usaha

Untuk mengembangkan potensi pengobatan alternatif di Kota Tasikmalaya, dinas sosial dan ketenagakerjaan akan memperluas dengan membuka usaha menjahit pakaian, warung makanan, kerajinan bambu dan mendong, budi daya ikan, dan membuka warung internet.

"Kami akan merangkul pesantren dan pusat-pusat rehabilitasi terutama untuk membuka usaha melalui warung makanan, menjahit, kerajinan mendong, hingga budi daya ikan," ujar Firmansyah.

Pengembangan usaha itu bisa menyerap tenaga kerja lokal dan menambah nilai ekonomi daerah. "Kami memang mengarahkan untuk merangkul ponpes dan yayasan karena sudah memberikan bukti nyata mampu menyembuhkan orang dari sakit atau ketergantungan narkoba. Selain itu, para pengurus ponpes memberi contoh hidup sederhana," tukasnya.

Di samping tenaga kerja asli Tasikmalaya, orang-orang yang sembuh dari rehabilitasi pun bisa dirangkul untuk bekerja di bidang-bidang usaha yang dirancang dinas sosial setempat.

Demikian juga para pemilik hotel juga bisa menerima para pasien yang sudah sembuh dari rehab untuk bekerja sebagai tukang parkir atau karyawan di bidang lainnya yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang mereka miliki.

Dengan demikian, para pecandu narkoba memiliki kesibukan dan mulai melupakan kebiasaan buruk sebelumnya. Selain itu, para pasien rehab pun merasa dihargai dan bisa kembali ke masyarakat karena ditampung di sektor kerja.

Firmansyah menambahkan Pemerintah Kota Tasikmalaya akan tetap berupaya mempertahankan lokasi rehabilitasi yang selama ini mampu menyembuhkan pasien dari pengaruh narkoba ataupun penampungan gelandangan. Lokasi-lokasi itu akan menjadi ikon Kota Tasikmalaya sebagai kota penyembuhan jiwa.

(Kristiadi) mediaindonesia.com

About bisnis tasikmalaya

Media informasi dan Promosi Kota Tasikmalaya | City Direktori in Tasikmalaya | Info Update Persib Bandung | Lowongan Kerja Tasikmalaya | Info Wisata - Kuliner Tasikmalaya | Promosikan Usaha dan Jasa Anda bersama kami, Media Online adsTasik
«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Post a Comment


Top